20.5.15

Hanya Mitos Senam Otak Kanan dan Kiri agar Cerdas

Beragam cara bisa dilakukan untuk melatih otak agar kemampuannya tidak cepat menurun seiring bertambahnya usia. Salah satunya seperti yang banyak ditawarkan di internet adalah senam otak, yang diklaim bisa menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan.

"Otak tidak perlu di apa-apakan. Otak sudah seimbang kok, otak sudah bersinergi dalam semua hal," kata dr Roslan Yusni Al Imam Hasan SpBS dari RS Bethsaida Serpong, seperti ditulis Rabu (20/5/2015).

Menurut dokter yang akrab disapa dr Ryu ini, segala macam ekspresi manusia merupakan hasil sinergi otak. Mulai dari ekspresi benci, marah, menangis, dan sebagainya, adalah hasil kerja otak yang bersinergi dengan baik. Tanpa perlu dilatih, otak sudah bisa menemukan sinerginya sendiri.

Kalaupun ada latihan untuk otak, tujuannya menurut dr Ryu adalah untuk menjaga fungsi kognitif. Itupun bukan dilakukan dengan senam otak, melainkan dengan cara rajin belajar. Sebagai contoh, seseorang yang rajin membaca cenderung lebih terjaga dari risiko pikun.

"Sering-sering menggunakan otak dengan hal baik dijamin bikin otak kita jadi lebih berkualitas jangka pendek dan panjang," saran dr Ryu.

Sementara itu dr Yuda Turana, SpS dari Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya mengatakan bahwa senam vitalitas otak bisa menstimulasi fungsi kognitif dan fungsi keseimbangan otak. Senam vitalitas otak ini melalui gerakan-gerakannya menstimulasi berbagai struktur di otak.

Kisah kejeniusan Einstein disebut-sebut karena bagian kanan dan kiri otaknya memiliki struktur hubungan kuat yang tak ditemukan pada manusia lain. Hal ini namun dibantah oleh dokter yang mengatakan bahwa tak ada hubungan antara kecerdasan dengan hubungan otak.

Kabar yang beredar menyebut bahwa tujuh jam setelah Einstein meninggal pada tahun 1955, otaknya diambil dan dijadikan bahan penelitian. Salah satu penelitian tersebut melaporkan bahwa belahan bagian kiri dan kanan otak Einstein terhubung dengan sangat baik sehingga semakin mendukung teori bahwa keseimbangan otak kiri dan kanan sangatlah penting.

dr Roslan Yusni Al Imam Hasan, SpBS, yang akrab disapa dr Ryu mengomentari hal ini dan membantahnya. Ia sendiri pernah membahas soal otak Einstein dan mengatakan bahwa kabar adanya perbedaan struktur otak si jenius dengan manusia lain ini hanya mitos.


"Ini bohong, hoax. Semua orang pun juga seperti itu. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada Einstein tidak menemukan perbedaan pada otak Einstein ataupun otak manusia lainnya. Tidak ada perbedaan struktural pada otak Einstein dengan otak orang kebanyakan lainnya," kata dr Ryu yang sehari-hari berpraktik di RS Bethsaida Serpong ketika dihubungi detikHealth pada Rabu (20/5/2015).

"Di Twitter saya pernah menjelaskan tentang otak Einstein, faktanya sel otak yang sebetulnya bukan sel saraf pada otak Einstein itu lebih banyak. Seharusnya dia lebih bodoh dong? Sama sekali tidak ada hubungannya," lanjut dr Ryu.

Sementara itu dr Yuda Turana, SpS, dari Departemen Neurologi FK UNIKA Atmajaya menjelaskan bahwa satu hal yang lebih mungkin adalah orang bisa lebih tajam pikirannya apabila kedua-belahan otak distimulasi.

dr Yuda memberi contoh ketika anak belajar misalnya. Ia mungkin akan lebih mudah ingat pelajaran ketika menyaksikannya di televisi daripada ketika membaca dari buku.

"Saat kita melihat tulisan hitam putih tentu akan berbeda dibandingkan saat kita melihat tulisan berwarna. Tulisan berwarna akan lebih diingat, karena saat membaca tulisan berwarna kita lebih membangkitkan sinergi antara otak kanan dan kiri," pungkas dr Yuda.

0 komentar:

Post a Comment