Upaya manusia mencari sumber kehidupan di luar Bumi terus dilakukan. Sejumlah tempat di antariksa, yang dinilai layak huni bagi manusia, terus dicari. Mulai dari bulan hingga planet Mars.
Harapan sedikit mencuat saat Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru-baru ini menemukan sebuah kawah di bulan yang diduga banyak mengandung cadangan es. Para ilmuwan kini menyelidiki kawah bernama Shackleton Crater yang terletak di kutub selatan bulan tersebut.
Kawah itu hampir seperti samudra di Bumi, dengan diameter lebih dari 19 kilometer dan kedalaman 3 kilometer. NASA terinspirasi seorang penjelajah Antartika bernama Ernest Shackleton sewaktu menamainya.
Hasil pengamatan pesawat antariksa Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA menunjukkan es mengisi hampir 22 persen dari seluruh permukaan material kawah. Bagian dalam kawah gelap total, menjadikannya semacam perangkap beku bagi sejumlah besar air.
Namun, pengamatan orbit dan pengamatan dari Bumi yang dilakukan sebelumnya menghasilkan interpretasi berbeda. Hasil kedua pengamatan masih meragukan keberadaan es di kawah tersebut.
Misalnya, pesawat antariksa Kaguya milik Jepang tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya es dalam kawah Shackleton. Namun hasil pengamatan LCROSS milik NASA menunjukkan kawah Cabeus, yang juga terletak dekat kutub selatan bulan, mengandung setidaknya 5 persen massa air.
Kini para ilmuwan yang memetakan kawah Shackleton secara detail telah menemukan bukti keberadaan es di dalam kawah. Lunar Reconnaissance Orbiter NASA menerangi bagian dalam kawah dengan sinar laser inframerah untuk mengukur tingkat refleksinya. Hasilnya, lantai kawah lebih reflektif ketimbang kawah terdekat lainnya. Tingkat refleksi yang tinggi menunjukkan kawah itu memiliki es.
"Jumlah es diperkirakan mencapai 20 persen. Tapi jangan terlalu berharap, karena jumlah es di kawah itu bisa jauh lebih sedikit, bahkan tidak ada sama sekali," kata Maria Zuber, ahli geofisika di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat.
Ketidakpastian ini disebabkan keadaan di bagian lain dari kawah yang menjadikannya cukup aneh. Sementara lantai kawah relatif cerah, Zuber dan rekan-rekannya mengamati dinding kawah ternyata lebih reflektif.
Para ilmuwan menduga refleksi dari dinding kawah bukan disebabkan adanya es, melainkan gempa. Zuber mengatakan bulan memang sering bergetar akibat tabrakan meteor atau tarikan gravitasi Bumi. Getaran-getaran ini mungkin telah menyebabkan lapisan tanah di permukaan dinding kawah yang berwarna gelap mengelupas dan digantikan lapisan di bawahnya yang lebih cerah.
Dugaan serupa juga berlaku pada lantai kawah yang memiliki reflektansi tinggi. "Reflektansi bisa menjadi indikasi keberadaan es atau selain itu," kata Zuber. Lantai kawah mungkin reflektif karena lebih sedikit terpapar radiasi matahari dan kosmik yang dapat membuatnya gelap.
Zuber mencatat kelemahan dalam pengamatan ini. Ia mengatakan pengukuran baru bisa dilakukan terhadap lapisan paling atas kawah Shackleton hingga kedalaman beberapa mikron. "Sebuah pertanyaan besar adalah seberapa banyak air yang mungkin terkubur di kedalaman kawah," kata dia, menambahkan bahwa NASA melalui misi GRAIL akan menyelidiki kemungkinan itu.
Para ilmuwan NASA juga menggunakan pengorbit untuk memetakan lantai kawah dan kemiringan dinding-dindingnya. Peta topografi ini akan membantu pemerataan sorotan sinar inframerah pada seluruh permukaan kawah dan mempelajari daerah lain di bulan yang belum dipetakan.
"Kami ingin mempelajari kawah lain di kutub bulan secara detail. Ada banyak hal yang harus dipelajari di sini," kata Zuber. Para ilmuwan merinci temuan mereka pada jurnal Nature edisi 21 Juni 2012.
0 komentar:
Post a Comment